Skip to main content

Geliat Properti di Jabodetabek

KOMPAS.com - Industri properti di Jakarta dan Bodetabek masih bergairah. Pemilik uang masih melihat peluang investasi di bidang properti menguntungkan. Lihatlah pusat-pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan pusat gaya hidup, apartemen, dan gedung perkantoran terus dibangun di berbagai wilayah.
Selain itu, kelas menengah di Jabodetabek terus tumbuh. Mereka butuh tempat tinggal dan aktivitas bisnis maupun hiburan.

Menurut kalangan pelaku bisnis properti, sebanyak 22,5 juta penduduk Indonesia menerima pendapatan per kapita 6.000 dollar AS dan 22,5 juta lainnya menerima 3.000 dollar AS. Berarti ada 50 juta penduduk Indonesia yang menerima pendapatan 3.000 dollar AS ke atas. Jumlah kelas menengah ini diperkirakan akan terus bertambah dan sebagian naik kelas.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sudah mencanangkan kawasan Jalan Dr Satrio sebagai kawasan wisata belanja yang memiliki trotoar lebar yang memanjakan pejalan kaki, seperti Orchard Road di Singapura, Bintang Walk di Kuala Lumpur, atau Champ Elysees di Paris.
Selama ini banyak orang Indonesia yang melancong ke luar negeri. Mereka berkunjung ke Negeri Singa hanya untuk membeli ”suasana” seperti di Orchard Road.
Fauzi Bowo yang juga mantan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta ini paham betul kondisi itu.
Oleh sebab itu, ia mendukung pengembang yang membangun megaproyek Kuningan City dan Ciputra World di Jalan Dr Satrio dan menciptakannya menjadi shopping belt dan kawasan gaya hidup modern dengan trotoar selebar 20 meter.
Sebenarnya, pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta sudah lebih bagus dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Lihatlah Grand Indonesia Shopping Town seluas 250.000 meter persegi dan Plaza Indonesia (62.747 m) di kawasan Bundaran HI di jantung Jakarta, Pacific Place (73.016 m) di kawasan bisnis Sudirman, Senayan City dan Plaza Senayan di kawasan Senayan, serta Mal Pondok Indah di kawasan Pondok Indah.

Semua barang bermerek dengan brand internasional dijual di mal-mal ini.
Tahun 2008-2009, sebanyak 10 pusat perbelanjaan baru dibuka di Jabodetabek. Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), pusat perbelanjaan itu adalah FX Lifestyle Mall (30.000 m) di kawasan Sudirman dan Plaza Indonesia Extension (45.325 m) di kawasan Thamrin (Jakarta Pusat), Pejaten Village (58.000 m) di kawasan Warung Buncit dan Blok M Square (185.000 m) di kawasan Blok M (Jakarta Selatan).
Empat pusat belanja di Jakarta Utara bersaing ketat, yaitu Pluit Junction (50.000 m), Pluit Village (86.588 m), Emporium Pluit Mall (170.000 m) di kawasan Pluit, dan Mall of Indonesia, Kelapa Gading Square di kawasan Kelapa Gading.
Di luar Jakarta, ada Bekasi Square (65.000 m) di Bekasi dan Teraskota di BSD, Tangerang.
Tahun 2010 bakal beroperasi Central Park Mall Podomoro City di Jakarta Barat, Kemang Village, Kuningan City dan Kota Kasablanka, serta Gandaria City di Jakarta Selatan.

Terus naik
Permata Hijau Suites
Timbul pertanyaan besar, mengapa kian banyak pemodal dan pemilik uang membangun dan membeli properti di Jakarta dan Bodetabek?
Pengamat properti Panangian Simanungkalit berpendapat, dibandingkan dengan properti di Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Jepang, Hongkong, dan Amerika Serikat, nilai properti di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Bodetabek, terus meningkat.
”Saat krisis global seperti sekarang, nilai properti di banyak negara jatuh, tetapi di Jakarta, nilai properti malah naik. Properti di Indonesia tidak bergantung pada orang asing seperti di Thailand. Para pemain properti sebagian besar orang Indonesia,” ungkap Panangian.
Dia memprediksikan properti di Jabodetabek akan mengalami booming pada tahun 2011. ”Saya optimistis karena ini faktor siklus yang berjalan alamiah. Apalagi suku bunga akan turun lagi. Jadi pemilik uang tidak ragu-ragu membelanjakan properti karena pasti mendatangkan keuntungan berlipat ganda,” ujarnya.

Seandainya orang Indonesia yang memiliki properti di banyak negara menjualnya kembali, lalu membeli properti baru di Jakarta, properti Indonesia diprediksi akan semakin bergairah.
Saat ini, menurut catatan Panangian, ada 140.000 unit properti milik orang Indonesia di luar negeri dengan nilai seluruhnya Rp 700 triliun atau rata-rata Rp 5 miliar per unit.
Kalau 10 persen dari pemilik properti di luar negeri itu membeli juga di Jakarta dan Bodetabek, industri properti kita betul-betul berkibar dan booming.
Properti di Jakarta di lokasi emas antara lain Kuningan, Gatot Subroto, MH Thamrin, Pondok Indah, Dharmawangsa, Kemang, Permata Hijau, Simprug, Blok M, Fatmawati, Tanjungduren, Kembangan, Kebon Jeruk, Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, Pluit, dan Ancol.
Properti di kawasan-kawasan ini terus tumbuh dan berkembang. Dalam waktu singkat, nilai tanah dan bangunan menjadi berlipat ganda.
Panangian melihat Serpong juga menjadi kawasan emas di luar Jakarta yang memikat banyak pengembang besar, yang membangun kawasan Gading Serpong, BSD City, dan Alam Sutera.
Serpong menjadi daerah pertemuan antara Jakarta Barat dan Jakarta Selatan sehingga akan berkembang menjadi kawasan emas baru. 

Comments

Popular posts from this blog

Inilah Asal Usul Nama Permata Hijau Jakarta

Bisnis.com, JAKARTA - Permata Hijau sebuah kawasan cukup bergengsi di Jakarta Selatan. Wilayahnya masih teduh dan hijau karena banyak pepohonan besar yang dijaga dan dipelihara dengan baik. Selain itu ada perumahan mewah, dan juga Apartemen Permata Hijau, ITC Permata Hijau, dan RS Permata Hijau. Kawasan tersebut memang strategis karena dilintasi jalan Arteri dari Kebon Jeruk menuju Pondok Indah, Blok M dan Senayan. Zaenuddin HM, dalam buku karyanya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman, diterbitkan oleh Ufuk Press pada Oktober 2012, menjelaskan asal usul nama Permata Hijau. Nama Permata Hijau diyakini masyakarat berasal dari nama komplek perumahan di kawasan  tersebut. Kemudian juga dipertegas dengan nama-nama apartemen dan mal yang memakai embel-embel permata hijau. Kawasan itu pada sekitar 1960 masih berupa kebun-kebun hijau dan bahkan hutan yang oleh orang-orang Betawi bisa diistilahkan “tempat jin buang anak.” Tetapi, sekarang menjadi k
[Lifestyle] Jakarta menjadi rumah kedua buat saya, karena terlalu banyak memori indah di kota ini. Dari kecil saya tidak bisa lepas dari pelukan Ibukota Indonesia tercinta. Karena di kota ini saya telah mengukirkan banyak cerita seru dan menyenangkan sejak dulu. Tahun 2008 saya pindah ke Jakarta mengikuti suami yang bertugas. Ini seperti mimpi lama saya untuk tinggal di Jakarta. Biarpun Jakarta selalu macet, serba mahal, panas, tapi saya suka tinggal di kota ini. Sebagai seorang perantau tentu yang ingin saya lakukan adalah bekerja, tapi ternyata mencari pekerjaan yang sesuai keinginan sangat sulit. Apalagi seperti saya yang lulusan kampus di daerah. Tapi biarpun begitu, saya tidak tidak boleh putus asa, untuk terus menggapai mimpi. Jakarta Satu bulan setelah tinggal di Jakarta saya mendapat panggilan di sebuah perusahaan asuransi dan ditempatkan di sebuah Bank di daerah Jakarta Barat. Perjalanan saya ke temat kerja terasa berat, hampir setiap hari pemandangan kemacetan